Profil Desa Cikidang
Ketahui informasi secara rinci Desa Cikidang mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.
Tentang Kami
Profil Desa Cikidang, Kecamatan Cilongok, Banyumas. Jelajahi dinamika desa agraris yang inovatif, dengan kekuatan pada sektor peternakan kambing serta budidaya cacing Lumbricus yang bernilai ekonomi tinggi sebagai model pertanian terpadu.
-
Kekuatan Ekonomi di Sektor Peternakan
Desa Cikidang memiliki basis ekonomi yang kuat di bidang peternakan, khususnya kambing, yang dikelola secara komunal melalui kelompok-kelompok tani ternak yang aktif.
-
Inovasi Agribisnis Budidaya Cacing
Desa ini menonjol berkat adanya inovasi agribisnis di bidang budidaya cacing tanah (Lumbricus), yang menghasilkan produk bernilai tinggi untuk pasar farmasi dan pupuk organik.
-
Model Pertanian Terpadu Berkelanjutan
Terdapat sinergi antara peternakan dan budidaya cacing, di mana limbah ternak dimanfaatkan sebagai media budidaya, menciptakan sebuah siklus pertanian terpadu yang ramah lingkungan dan efisien.

Di tengah hamparan hijau Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas, Desa Cikidang hadir dengan narasi yang unik, memadukan kekayaan tradisi agraris dengan inovasi yang tak terduga. Nama desa ini, yang berakar dari legenda "Sungai Rusa", seolah menjadi pengingat akan masa lalunya yang alami dan permai. Kini, semangat alam itu bertransformasi menjadi etos kerja masyarakatnya yang tidak hanya mengolah tanah, tetapi juga menggali potensi dari dalamnya secara cerdas dan kreatif.
Desa Cikidang merupakan contoh bagaimana sebuah komunitas petani dan peternak tradisional mampu beradaptasi dan menemukan ceruk ekonomi baru. Kekuatan mereka tidak hanya terletak pada jumlah ternak atau luasnya lahan garapan, tetapi juga pada keberanian untuk mencoba hal baru, seperti budidaya cacing Lumbricus yang bernilai tinggi. Desa ini membuktikan bahwa inovasi di sektor pertanian dapat lahir dari inisiatif akar rumput, menciptakan sebuah model agribisnis terpadu yang efisien dan berkelanjutan.
Geografi, Demografi dan Lanskap Agraris
Desa Cikidang secara administratif merupakan bagian dari Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas. Wilayahnya berada di dataran dengan sedikit kontur perbukitan, dianugerahi lahan subur yang ideal untuk berbagai aktivitas pertanian, mulai dari tanaman pangan hingga pakan ternak.
Desa ini memiliki luas wilayah sekitar 2,19 kilometer persegi (219 hektar). Berdasarkan data kependudukan dari Badan Pusat Statistik (BPS), Desa Cikidang dihuni oleh 6.440 jiwa. Dengan data tersebut, tingkat kepadatan penduduknya ialah sekitar 2.940 jiwa per kilometer persegi, menunjukkan sebuah komunitas yang padat dan dinamis. Mayoritas mutlak penduduknya berprofesi sebagai petani, peternak, dan buruh tani, yang menjadi tulang punggung utama perekonomian desa.
Cikidang: Legenda `Sungai Rusa` dalam Sejarah Desa
Setiap nama menyimpan cerita, dan nama "Cikidang" kaya akan nuansa sejarah dan folklore lokal. Nama ini berasal dari gabungan dua kata dalam Bahasa Sunda, yaitu Ci yang berarti "air" atau "sungai," dan Kidang yang berarti "rusa" atau "kijang." Secara harfiah, Cikidang berarti "Sungai Rusa."
Menurut cerita yang diwariskan turun-temurun, pada zaman dahulu wilayah ini merupakan kawasan hutan lebat yang menjadi habitat bagi banyak satwa liar, termasuk rusa yang sering turun untuk minum di sungai yang melintasi desa. Penamaan ini memberikan gambaran tentang kondisi alam Desa Cikidang di masa lampau yang masih sangat asri dan alami. Meskipun kini rusa telah tiada, nama tersebut tetap menjadi pengingat akan warisan ekologis desa dan hubungan erat antara masyarakatnya dengan alam.
Kekuatan Ekonomi dari Sektor Peternakan Kambing
Fondasi ekonomi Desa Cikidang dibangun di atas pilar peternakan yang kokoh, khususnya peternakan kambing. Hampir setiap keluarga di desa ini memiliki beberapa ekor kambing yang dipelihara di kandang-kandang sederhana di belakang rumah. Aktivitas ini lebih dari sekadar usaha sampingan; ia merupakan sumber pendapatan tunai yang penting dan tabungan hidup bagi masyarakat.
Pengelolaan peternakan di Cikidang banyak dilakukan secara komunal melalui Kelompok Tani Ternak (KTT). Wadah ini berfungsi sebagai tempat untuk berbagi pengetahuan, mengatasi masalah penyakit ternak, dan kadang-kadang melakukan penjualan secara kolektif untuk mendapatkan harga yang lebih baik. Kambing dari Cikidang dipasarkan untuk memenuhi kebutuhan daging, akikah, dan kurban, terutama saat menjelang Idul Adha.
Inovasi dari Bawah Tanah: Budidaya Cacing Lumbricus Bernilai Tinggi
Di tengah tradisi beternak yang sudah mengakar, muncul sebuah inovasi agribisnis yang menjadi nilai lebih bagi Desa Cikidang: budidaya cacing tanah, khususnya dari spesies Lumbricus rubellus. Usaha yang semula dipandang sebelah mata ini ternyata memiliki potensi ekonomi yang luar biasa.
Potensi Pasar dan Produk Turunan
Cacing Lumbricus dibudidayakan bukan untuk pakan ternak biasa. Pasar utamanya ialah industri farmasi dan kosmetik. Cacing ini mengandung enzim lumbrokinase yang dipercaya berkhasiat untuk pengobatan penyakit kardiovaskular. Beberapa pengusaha di Cikidang menjual cacing dalam bentuk hidup atau kering kepada perusahaan-perusahaan jamu dan farmasi.
Selain cacingnya itu sendiri, produk turunan yang paling berharga ialah media bekas budidayanya, yang dikenal sebagai kascing atau vermikompos. Kascing merupakan pupuk organik premium yang sangat kaya akan unsur hara dan mikroorganisme penyubur tanah. Para petani di Cikidang menggunakan kascing untuk kebun mereka sendiri dan sebagian menjualnya kepada para penghobi tanaman hias atau petani organik di luar desa.
Menuju Pertanian Terpadu yang Berkelanjutan
Keberadaan dua sektor utama, peternakan kambing dan budidaya cacing, menciptakan sebuah simbiosis mutualisme yang menjadi model pertanian terpadu (integrated farming). Sistem ini bekerja secara siklis dan berkelanjutan:
- Kambing menghasilkan kotoran (kohe) yang melimpah.
- Kohe kambing yang telah difermentasi menjadi media yang sangat ideal untuk pakan dan pertumbuhan cacing Lumbricus.
- Cacing mengurai kotoran kambing menjadi kascing (vermikompos) yang berkualitas tinggi.
- Kascing digunakan sebagai pupuk untuk menyuburkan lahan pertanian, terutama untuk menanam rumput atau tanaman pakan ternak.
Siklus ini secara signifikan mengurangi limbah peternakan, menekan biaya pembelian pupuk kimia, dan menghasilkan dua produk bernilai jual (kambing dan cacing/kascing) dari satu sistem terintegrasi.
Tantangan dan Peluang Pengembangan Agribisnis
Meski memiliki model yang inovatif, para petani dan peternak di Cikidang tetap menghadapi tantangan. Untuk peternakan kambing, tantangannya ialah fluktuasi harga pakan dan risiko penyakit. Sementara untuk budidaya cacing, tantangan utamanya ialah akses pasar yang lebih luas dan stabil, serta standarisasi produk agar dapat diterima oleh industri yang lebih besar.
Namun peluang pengembangannya sangat terbuka lebar. Desa Cikidang berpotensi menjadi:
- Desa Edukasi AgribisnisMenjadi tempat studi banding bagi desa-desa lain yang ingin belajar tentang pertanian terpadu.
- Pusat Produksi Pupuk OrganikDengan mengelola produksi kascing secara lebih profesional, desa ini dapat menjadi pemasok utama pupuk organik berkualitas di Banyumas.
- Penguatan Merek KolektifMembangun merek bersama untuk produk cacing atau kascing dari Cikidang untuk meningkatkan posisi tawar dan kepercayaan konsumen.
Desa Cikidang menunjukkan evolusi sebuah desa agraris. Dari legenda "Sungai Rusa" yang menggambarkan kekayaan alam masa lalu, masyarakatnya kini menciptakan kekayaan baru melalui inovasi yang lahir dari tanah yang mereka pijak. Mereka mengajarkan bahwa masa depan pertanian tidak hanya soal menanam dan beternak, tetapi juga tentang berpikir kreatif, melihat peluang dalam limbah, dan bekerja bersama dalam sebuah sistem yang cerdas dan berkelanjutan.